MAHABHARATA
Kitab Mahabharata
ditulis oleh Rsi Wiyasa. Kitab ini terdiri dari Asthadasaparwa artinya 18 parwa
atau bagian yang diubah dalam bentuk syair sebanyak 100.000 sloka, yaitu;
Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa Wirathaparwa, Udyogaparwa, Bismaparwa,
Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparwa, Santiparwa,
Anusasanaparwa, Aswamedaparwa, Asramawasanaparwa, Mausalaparwa,
Prasthanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.
1.
Adi
Parwa
Dalam
parwa yang pertama yaitu Adiparwa, dimuat beberapa macam cerita, diantaranya
matinya Arimba, burung dewata mengaduk laut susu yang menyebabkan keluarnya air
hidup dan juga timbulnya gerhana matahari dan bulan yang dalam ceritanya
terungkap bulan yang ditelan oleh raksasa yang hanya berwujud kepala. Ada juga
cerita tentang Pandawa dan Kurawa ketika masih kecil, misalnya lakon Dewi Lara
Amis, Bale si Gala-gala dan cerita Santanu. Negeri Hastina yang rajanya bernama
Prabu Santanu mempunyai anak bernama Prabata atau disebut juga Bisma yang
artinya teguh janji. Suatu saat Prabu Santanu tertarik dengan kecantikan Dewi
Satyawati. Padahal Prabu Santanu sudah pernah bersumpah tak akan kawin lagi,
hanya akan mengasuh sang Prabata saja.
Bisma
pun mengetahui bahwa sang ayah telah bersumpah tak akan kawin lagi. Namun
demikian Bisma sangat iba hati melihat sang ayah Prabu Santanu jatuh cinta
kepada Dewi Satyawati yang hanya mau dikawini bila keturunannya dapat naik
tahta. Melihat gelagat yang kurang pas itu, Bisma rela untuk melepaskan haknya
sebagai raja pengganti sang ayah. Bisma kemudian bersumpah akan hidup sendiri
dan tidak akan menikah selamanya. Ini berarti Bisma tidak menggantikan tahta
ayahnya, agar sang ayah dapat menikah dengan Dewi Satyawati. Pernikahan Santanu
dengan Dewi Satyawati berputra dua yaitu Citranggada dan Wicitrawirya.
Citranggada tidak lama hidup, dia mati muda dan Wicitrawirya yang menggantikan
sang Prabu Santanu sebagai raja Hastina dengan dua istri yaitu Dewi Ambika dan Dewi Ambalika dari
Negara Kasi. Belum sampai memiliki keturunan Prabu Wicitrawirya meninggal. Oleh
Satyawati Bisma disuruh mengawini kedua janda tersebut, tetapi dengan tegas
Bisma menolak. Kemudian Dewi Satyawati menyuruh anaknya Abiyasa (Wiyasa) hasil
perkawinannya dengan Begawan Parasara untuk mengawini janda Ambika dan Ambalika
dengan harapan ada keturunan dari silsilah Bharata yang meneruskan menjabat
sebagai raa di Negara Hastina.
Dewi
Ambika yang menikah dengan Rsi Wiyasa memiliki keturunan laki-laki bernama
Drestharastra yang sejak lahir menderita buta dan tidak bisa menjadi raja.
Sedangkan pernikahan antara Rsi Wiyasa dengan Dewi Ambalika menurunkan anak
laki-laki bernama Pandhu si muka pucat. Pandhulah yang kemudian menduduki
singgasana kerajaan Hastina. Pandhu menikah dengan dua wanita yaitu Dewi Kunthi
dan Dewi Madrim. Pernikahannya dengan Dewi Kunthi berputra 3, yaitu Yudhisthira,
Bima, dan Arjuna. Sedangkan pernikahannya dengan Dewi Madrim berputra 2, yaitu
Nakula dan Sadewa. Sehingga Prabu Pandhu mempunyai 5 orang anak, dan kelima
anak tersebut disebut Pandawa.
Drestharastra
akhirnya menikah dengan kakak perempuan Sangkuni yang bernama Dewi Gandari dan
mempunyai keturunan 100 orang yang disebut Kurawa. Ketika Pandhu meninggal,
Drestharastra terpaksa menggantikan raja sementara meskipun buta. Drestharastra
menjabat raja hanya sementara, inilah yang menimbulkan perang besar Bharatayuda
selama 18 hari yang memakan korban sangat banyak.
2.
Sabha
Parwa
Pada
parwa ini menceritakan tentang permainan dadu hingga Pandawa menjalani hukuman.
Usaha Kurawa untuk menghancurkan Pandawa tidak pernah mau berhenti. Kali ini
Pandawa yang sudah menempati Indraprastha sebagai tempat berteduh diajak
bermain dadu. Ternyata atas kelicikan orang Kurawa, meskipun Yudhistira ahli
main dadu, tetapi tetap kalah karena tipu muslihat Sengkuni. Dalam permainan
tersebut Yudhistira menyerahkan dirinya untuk dijadikan taruhan, hingga
Yudhistira kalah dan menerima hukuman. Tetapi karena usaha Drestharastra para
Pandawa menjadi bebas dari hukuman.
Kurawa
tetap menginginkan kehancuran Pandawa dan diajaknya main dadu lagi dengan
taruhan bila Pandawa kalah harus menjalani pembuangan selama 12 tahun dan tahun
ke 13 mereka harus menyelinap atau bersembunyi tanpa diketahui orang dan baru
pada tahun ke 14 kembali ke istana. Jika dalam penyelinapannya diketahui para
Kurawa, Pandawa harus kembali ke hutan selama 12 tahun lagi dan menyelinap pada
tahun ke 13 dan seterusnya.
3.
Wana
Parwa
Bagian
yang ketiga ini mengisahkan pengalaman-pengalaman Pandawa ketika berada dalam
hutan buangan selama 12 tahun. Pernah para Pandawa menolong sebuah desa yang
akan dimakan oleh seorang raja raksasa bernama Prabu Baka dari negeri Ekacakra.
Prabu Baka mati terkena kuku Pancanaka Bratasena, perutnya robek dan ususnya
keluar. Negeri Ekacakra tentram dan seorang yang tertolong itu berjanji akan
sanggup menjadi korban saji (tawur) ketika perang besar nanti terjadi.
Disamping
itu dikisahkan pula bahwa Arjuna juga pernah merukunkan suami istri yang belum
pernah akur selama perkawinannya. Setelah Arjuna yang merukunkannya, maka orang
tersebut sanggup menjadi tawur pada perang besar nanti. Pada saat Pandawa dalam
hutan buangan sering menerika kehadiran para Brahmana yang hadir untuk
mendoakannya. Maharsi Wiyasa datang untuk memberikan nasehat-nasehatnya agar
Arjuna mau bertapa di gunung Mahameru untuk memohon senjata-senjata yang ampuh
dan sakti. Tapa Arjuna inilah yang menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
4.
Wiratha
Parwa
Mengisahkan
Pandawa sudah selesai menjalani pembuangan selama 12 tahun di hutan. Maka
mereka keluar dari hutan ingin menyelinap sesuai perjanjian. Para Kurawa berpendapat
bahwa Pandawa pasti sudah mati dimakan binatang buas. Tetapi ternyata mereka
sudah berada di negeri Wiratha sebagai budak sang Prabu Matsyapati. Penyamaran
yang dilakukan para Pandawa adalah sebagai berikut:
Yudhistira
sebagai kepala pasar berpangkat tandha bernama Dwijangkangka.
Bima
sebagai tukang penyembelih sapi (jagal) dengan nama Ballawa dan ikut sebagai
jagal Walakas di desa Pajagalan.
Arjuna
diterima sebagai abdi sang permaisuri Dewi Sudisna bersama putri mahkota Dewi
Utari, tugasnya mengajar tari dan sinden bernama Kandhi Wrehatnala dengan watak
banci (wandu).
Nakula
dan Sadewa sebagai tukang memelihara kuda dan tukang rumput (gamel), bernama
Grantika dan Tantripala.
Drupadi
bernama Salindri sebagai pelayan sang permaisuri Dewi Sudesna dan merangkap
sebagai penjual kinang di pasar.
Penyamaran
ini memang strategi mereka agar tidak jauh dengan Kandhi Wrehatnala, dan pada
saat keluar agar mudah berhubungan dengan tandha Dwijangkangka dan jagal
Ballawa serta Grantika dan Tantripala.
Meskipun
di Wiratha sering mendapat marah dari sang Prabu Matsyapati, tetapi Pandawa
sadar itu suatu perjalanan penuh kesabaran dan tawakal yang harus dijalani.
Mengabdi sebagai budak kerajaan harus mau menerima apa adanya meskipun menerima
siksa, dihina, dicerca, meskipun benar dianggap salah toh mereka beranggapan
bahwa kebenaranlah yang akan mendapat anugrah.
Sebagai
abdi mereka berenam dalam strateginya mampu mengamankan negara Wiratha yang
sedang terancam bahaya, misalnya jagal Ballawa mampu membunuh tritunggal
Kencakarupa-Praupakenca dan Rajamala. Sedangkan Kandhi Wrehatnala mampu
membunuh beribu-ribu tentara sekutu Hastina bersama para senapatinya sehingga
negeri itu menjadi tenang dan tentram. Setelah para budak bersembunyi dan
menyelinap di Wiratha selama satu tahun, barulah Prabu Matsyapati menyadari
bahwa keenam bersaudara tersebut adalah para Pandawa. “Kakek Matsyapati, akulah
cucu-cucumu Pandawa”. Seketika itu kemarahan Matsyapati menjadi kesabaran dan
berjanji akan mengutamakan kebijaksanaan.
5.
Udyoga
Parwa
Adalah
parwa yang kelima mengisahkan bahwa pada tahun ke 14 Pandawa tidak bisa dicari
oleh Hastina, apalagi para Kurawa yakin bahwa Pandawa sudah mati. Maka orang
Hastina cemas bahwa Pandawa kembali ke Indraprastha. Di dalam bagian ke 5 ini Sri
Kresna sebagai perantara minta separuh negara, tetapi Kurawa tidak rela. Oleh
Karen itu tidak ada jalan lain, kecuali harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi peperangan.
6.
Bhisma
Parwa
Dikisahkan
bahwa perang Bharatayuda sudah dimulai dan Bisma sebagai panglima perang
Hastina dan Dhresthadyumna sebagai panglima perang Pandawa akan berhadapan di
medan perang Tegalkurukasetra. Pembela Pandawa yang lain adalah dari negara
Wiratha diantaranya adalah Seta, Utara, Wratsangka yang akhirnya ketiga ksatrya
tersebut gugur terkena panah Bisma.
Dalam
perang besar Bharatayuda, kedudukan Sri Kresna sebagai penasehat Pandawa dan
pengatur siasat perang serta menjadi kusir Arjuna. Dikala Arjuna bimbang
menghadapi musuhnya yaitu
saudara-saudara, guru, kakek, kakak, maka Sri Kresna memberikan nasihat
tentang hakikat dan kewajiban manusia secara mendalam. Wejangan yang mendalam
dan panjang itu merupakan bagian yang disebut Nyanyian Tuhan (Baghawadgita).
Sepuluh
hari pertempuran berlangsung, maka guguslah Bisma. Ia tidak terus mati,
melainkan masih hidup beberapa lama lagi. Kemudian masih mampu memberikan
wejangan kepada kedua belah pihak yang bertikai.
7.
Drona
Parwa
Bagian
ketujuh yang tentang Begawan Drona sebagai senapati Kurawa dam gugurnya
Gatotkaca. Drona telah menjadi panglima perang Kurawa. Sedangkan Karna mengamuk
telah ditentang Gathokaca, namun Gathotkaca gugur. Abimanyu anak Arjuna dengan
Subadra juga gugur oleh Jayajerata. Raja Drupada pun gugur, sebagai seorang
anak maka Dhresthadyumna mengamuk dan pada hari ke 15 Drona gugur oleh
Dhresthadyumna.
8.
Karna
Parwa
Parwa
yang kedelapan. Diceritakan Bima merobek dada Dursasana secara sadis dan
meminum darahnya. Pada hari ke 17, Karna terbunuh oleh Arjuna hingga terpenggal
kepalanya.
9.
Salya
Parwa
Mengisahkan
tentang Prabu Salya raja Mandraka menjadi panglima perang Pandawa namun hanya
setengah hari gugur oleh tipu muslihat Nakula dan Sadewa. Hal tersebut
dilakukan oleh Nakula dan Sadewa karena perintah Sri Kresna sebagai dalang
Pandawa.
10. Sauptika Parwa
Diceritakan
perihal Aswatama putra Drona. Karena dendam, maka pada malam hari yang
dinyatakan tidak perang itu, Aswatama masuk ke kemah-kemah membunuh semua yang
ditemuinya, diantaranya Dhresthadyumna. Dalam parwa ini diungkapkan bahwa
Aswatama lari ke hutan dan berlindung di pertapaan Wiyasa. Keesokan harinya
datanglah Pandawa ke pertapaan Wiyasa. Dalam pertemuan itu terjadi perang ramai
antara Pandawa dan Aswatama yang kemudian dilerai oleh Rsi Wiyasa dan Kresna.
Aswatama menyerahkan senjata dan kesaktiannya. Akhirnya Aswatama pergi menjadi
pertapa.
11. Stri Parwa
Bagian
kesebelas mengisahkan tentang Prabu Dhrestharastra, Pandawa, Kresna dan semua
istri para pahlawan datang di medan Tegalkurukasetra. Mereka mencari suaminya
masing-masing dan hari itu adalah hari tangis. Mereka menyesali kejadian itu.
Semua jenazah para pahlawan yang ditemukan dibakar bersama. Yudhistira
menyelenggarakan upacara pembakaran mayat mereka yang tewas di medan perang
dengan mempersembahkan air suci kepada para arwah leluhur dan pada saat itu pulalah
Dewi Kunthi menceritakan kelahiran Karna yang dari semula menjadi rahasia
pribadinya.
12. Santi Parwa
Para
Pandawa mencari pencerahan jiwa dan pembersihan diri. Sebulan lamanya Pandawa
tinggal di hutan untuk membersihkan diri. Atas petunjuk Rsi Wiyasa dan Kresna,
diharapkan agar Yudhistira mau memerintah di Hastina dan didukung oleh
adik-adiknya. Wiyasa dan Krena memberi wejangan tentang kewajiban dan
kesanggupan manusia dan para ksatria sebagai generasi penerus. Akhirnya
Yudhistira mau menjadi raja di istana Hastina serta mereka menunaikan tugas
bersama.
13. Anusasana Parwa
Mengisahkan
kejadian-kejadian sebagai penutup Bharatayuda dan wejangan dari Bisma terhadap
Yudhistira. Dengan detail Bisma mengajarkan ajaran Dharma. Artha, aturan
kedermawanan, aturan luhur permasalahan, dan sebagainya. Juga dijelaskan
tentang berbagai jenis upacara dan tentang kewajiban yang berhubungan dengan
waktu. Akhirnya Bisma meninggal dengan tenang sesudah perang.
14. Aswamedha Parwa
Bagian
keempatbelas yaitu mengisahkan Prabu Yudhistira pada saat mengadakan upacara
untuk naik tahta kerajaan dengan cara membiarkan dan membebaskan kuda.
Pembebasan kuda tersebut dilakukan selama satu tahun dengan penjagaan ketat.
Siapa saja yang mengganggu kuda tersebut
akan dihukum. Pada bagian ini juga diceritakan kisah seekor tikus yang
mengunjungi upacara Aswamedha itu, serta menguraikan tentang hakikat yajna.
15. Asramawasika Parwa
Parwa
ini mengisahkan tentang Dhrestharastra yang menarik diri dari keramaian dan
ingin hidup di hutan dengan Gandari dan Kunthi yang juga ingin menjadi pertapa.
Tetapi setelah hidup di hutan selama satu tahun mereka mati karena hutan
terbakar oleh api Dhrestharastra sendiri.
16. Mausala Parwa
Parwa
yang menceritakan musnahnya kerajaan Dwarawati akibat berkobarnya perang
saudara antara kaum Yadawa atau bangsa kulit hitam (Wangsa Wresni). Wangsa ini
lenyap karena saling perang dengan menggunakan gada alang-alang. Baladewa mati,
Kresna lari ke hutan dan mati terbunuh dengan tidak sengaja oleh seorang
pemburu. Wiyasa menyarankan Pandawa mengundurkan diri pula, melakukan kehidupan
sanyasa.
17. Mahaprastanika Parwa
Parwa
ini menceritakan sesudah pemerintahan diserahkan ke cucunya Pandawa yang
bernama Prabu Parikesit, maka Pandawa lima bersama-sama Dropadi menarik diri
untuk menuju menuju pantai. Satu demi satu mereka meninggal secara berurutan
dari Dropadi, kemudian dari yang muda Sadewa, Nakula, Arjuna, Bima.
Tinggal
Yudhistira dengan seekor anjing yang selalu mengikuti pengembaraan para
Pandawa. Batara Indra datang menjemput Yudhistira tetapi ditolak bila anjing
itu tidak boleh ikut serta. Akhirnya anjingnya pun diperbolehkan ikut serta.
Maka masuklah Yudhistira ke Indraloka bersama Batara Indra. Sedangkan anjing
itu masuk ke Sorgaloka berubah menjadi Sang Hyang Batara Darma / Hyang Suci.
18. Swargarohana Parwa
Parwa
terakhir yang menceritakan sewaktu Yudhistira ke surga tidak bertemu dengan
saudara-saudaranya dan juga dengan Dropadi. Justru malah bertemu dengan
kakak-kakaknya dari Hastina. Oleh karena itu dia mencari ke neraka dan bertemu
dengan adik-adiknya dalam penyiksaan. Namun dengan masuknya Yudhistira ke
neraka maka berbaliklah keadaannya. Neraka dibalik menjadi surga. Sedangkan
surganya orang-orang Kurawa telah berbalik menjadi neraka.
Sngat bagus & Kreatif
BalasHapusMakasii :)
BalasHapusSaya baru belajar